Memperjuangkanmu?
Ya itulah kelemahanku.
12 hari yang lalu tepat dimana seharusnya kita saling mengucapkan menjadi hari dimana aku harus menginap di tempat yang sunyi, dengan sesuatu yang menancap di tangan kiri, serta jarum yang selalu menghisap darahku setiap pagi.
Lelaki tinggi besar itu hanya berkata bahwa aku tidak mempunyai penyakit yang parah, hanya saja aku tidak bisa menjaga kondisi sehingga lelahpun cepat menghampiri.
Jujur saja,
Selama kamu pergi memang pola hidupku tidak teratur.
Aku sulit tidur, setiap aku makan tidak merasakan apa-apa karena aku merasakan hati yang tidak tahu arah membentrok dengan pikiranku
Rasa itu luar biasa sehingga menutup rasa yang lain.
Aku sudah lelah untuk terus memperjuangkan ini, aku ingin mengakhiri.
Bukan karena aku menyerah, namun ada waktunya aku untuk memohon diri untuk tidak memperjuangkan hubungan ini seorang diri.
Sudah saatnya aku menutup lubang kecil di hatiku yang menciptakan sebuah lautan karena penuh terisi air
Sudah saatnya aku menutup lubang kecil di hatiku yang menciptakan sebuah lautan karena penuh terisi air
Sudah saatnya lubang kecil ini mengering karena sudah berat sehingga aku tidak mampu untuk menampungnya.
Sudah saatnya aku berkata, "tidak ada kata gembira jika aku tidak melihatmu tertawa". Bagaimanapun bahagiamu masih bahagiaku sayang, walau bahagiamu bukan bersamaku.
Sudah saatnya aku memberikanmu sayap untuk terbang di langit yang bukanku ciptakan sendiri.
Sudah saatnya, aku mengakhiri cerita tentangmu, meninggalkan keluh kesahku, membuka lembaran baru.
Doaku selalu bersamamu dengan ketiadaanmu.
Selamat tinggal....
Doaku selalu bersamamu dengan ketiadaanmu.
Selamat tinggal....